Langsung ke konten utama

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI


Review Jurnal 

Bagaimana Psikologi terlibat dengan Sistem Informasi: Studi Kasus Menggunakan GIS sebagai Instrumen untuk Melestarikan Budaya Jawa dalam Batik Pesisir Tradisional, Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara Sistem Informasi dan Psikologi dalam studi kasus upaya pelestarian budaya pada batik tradisional di Lasem, Jawa Tengah dengan melihat keefektifan Geographic Information System (GIS) sebagai instrumen untuk melestarikan Budaya Jawa yaitu batik pesisir tradisional. GIS memiliki kemampuan untuk mengelola basis data, memetakan lokasi, memproses gambar, dan menganalisis data statistik. Ada banyak masalah yang dapat dibantu dengan aplikasi GIS. Salah satu manfaat dari aplikasi ini adalah dapat digunakan sebagai instrumen untuk memetakan warisan budaya. Fungsi GIS adalah sebagai sistem yang dapat digunakan dalam mengumpulkan, mengorganisir, mencari, dan memelihara persediaan budaya yang mendukung Cultural Resource Management (CRM), yang dalam hal ini difungsikan sebagai  Cultural Preservation Effort (CPE).

CPE adalah proses inventarisasi sumber daya warisan budaya, yang mencakup kegiatan seperti berikut: Melakukan survei dan menyimpan (inventaris) dokumen sumber daya budaya, sejarah, dan lingkungan fisik; mengatur dan mengevaluasi sumber daya warisan budaya; menganalisis dan meneliti materi, sejarah, dan dalam konteks kontemporer; mengembangkan strategi untuk program jangka pendek dan pengelolaan konservasi jangka panjang dan untuk mengantisipasi perubahan di masa depan; mengimplementasikan, memantau, dan meninjau (jika perlu) untuk merevisi program yang akan dikembangkan.

Batik adalah salah satu warisan budaya asli Indonesia sebagaimana tercantum dalam Daftar Perwakilan UNESCO 2009 untuk Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan. Batik adalah produk tekstil dari berbagai budaya di kepulauan Indonesia, merupakan hasil akulturasi kreatif dan pemanfaatan sumber daya lokal. Selain itu, produk Batik selalu memiliki karakteristik unik tertentu, biasanya disebut pola batik menggunakan nama tempat, seperti batik Solo, batik Pekalongan, batik Lasem, dan batik Madura. Salah satu tempat yang secara tradisional memproduksi batik di Indonesia adalah Lasem. Meskipun sudah lama menjadi pusat pembuatan batik Lasem yang unik, tidak banyak orang yang mengenal batik Lasem. Hanya beberapa tahun yang lalu, batik Lasem menjadi terkenal karena karakteristik khusus dari pola, motif, dan warna, sebagian besar karena pengaruh budaya Jawa & Cina. Lasem juga diyakini sebagai kota tua lintas budaya paling awal antara orang Jawa dan Cina Indonesia di pulau Jawa

Pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif interpretif. Data dikumpulkan dari wawancara, observasi lapangan, mencetak dokumen, foto, artikel, buku harian, korespondensi dan dokumen. Di lokasi penelitian, data dikumpulkan dengan observasi lapangan, wawancara mendalam dengan peserta utama dalam industri batik, dan rumah batik geo-tagging. Selanjutnya, data sekunder dikumpulkan dari kumpulan dokumen cetak, foto, artikel, buku harian, korespondensi, dan sumber dokumen media lainnya. Proses CPE dianalisis dengan teori leaning dalam psikologi. 

Peserta
15 peserta di enam Rumah Batik Lasem diamati dan diwawancarai yang merupakan ukuran sampel khas dalam penelitian interpretatif-kualitatif. Peserta terdiri dari delapan pria dan tujuh wanita, usia berkisar antara 20-70 tahun.

Hasil
Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa pelestarian budaya batik Lasem yang terjadi terjadi secara alami. Ada interaksi antara orang-orang, lingkungan dan perilaku, yang dalam hal ini perilaku budaya batik terjadi secara alami. Ini semua sejalan dengan prinsip-prinsip psikologi pembelajaran. Secara rinci, ada empat komponen data yang dapat dimasukkan ke dalam pengembangan prototipe GIS di Lasem. Komponen data terdiri dari: (a) teknologi produksi dalam proses pembuatan; (B) munculnya kreativitas dan penciptaan ide-ide baru; (c) proses pembelajaran yang membentuk pengetahuan kolektif; (d) pelestarian budaya untuk batik Lasem. 
 Dalam hal pelestarian batik Lasem, selama ratusan tahun tidak ada upaya yang disengaja dari para desainer dan pekerja untuk menyelenggarakan pelatihan yang dirancang khusus seperti dalam organisasi modern. Semua perancang dan pekerja belajar dan melestarikan proses pembuatan batik dengan mengamati lingkungan kerja dan hidup mereka, dengan mengembangkan kepercayaan pada kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan pembuatan batik ini, dan mempraktikkan pengetahuan pembuatan batik. Melihat kenyataan bahwa secara geografis, rumah batik terletak di lokasi yang cukup terisolasi, dan kemudian semua budaya pengetahuan dalam pembuatan batik dapat dipelajari secara penuh oleh personel yang terlibat dalam proses ini. Proses lean terjadi baik di rumah maupun di masyarakat secara menyeluruh. Isolasi lokasi, serta hubungan antara orang-orang yang terjadi baik di tingkat pekerja maupun para desainer, menjadi salah satu tradisi yang dilestarikan selama ratusan tahun. Dengan demikian, studi kasus ini membuktikan, bahwa pelestarian budaya dapat terjadi melalui proses pembelajaran yang memungkinkan penciptaan repositori pengetahuan diam-diam di wilayah tertentu. 

Kesimpulan
Ada dua kesimpulan dari penelitian ini, yang pertama adalah kesimpulan dari studi kasus, dan yang kedua berkaitan dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini. Temuan studi kasus menunjukkan bahwa: (1) ANT adalah alat yang ampuh untuk mengidentifikasi para aktor di rumah-rumah batik Lasem 'empat faktor budaya tak berwujud yang melestarikan keberadaan batik Lasem; (2) GIS dan CPE telah menunjukkan potensi pemetaan tidak berwujud konservasi budaya batik Lasem; (3) desain prototipe SIG dapat dikembangkan dengan hasil pengumpulan data dan analisis komponen data untuk SIG pelestarian budaya batik Lasem; dan (4) SIG berkontribusi pada pemahaman yang lebih dalam tentang fenomena tidak berwujud, dan perlu dijelaskan oleh konstruksi psikologis (yaitu konsep teoritis yang tidak dapat diamati secara langsung).


Jap T. & Tiatri, S. (2014). How Psychology engaged with Information Systems: The Case Study of Using GIS as Instrument for Preserving Javanese Culture in a Traditional Coastal Batik, Indonesia. 

Komentar